abi safriadi

Selasa, 28 Maret 2023

Falsafah dan hikmah puasa

FALSAFAH & HIKMAH PUASA
  Dr. Tgk. Safriadi, MA


      Cara seseorang menjalani agama melalui beberapa tahapan yaitu ;

pertama, Iman (kepercayaan), 

kedua, pemahaman, yaitu bagaimana cara beriman yang baik, cara menyembah Allah, cara menomorsatukan Allah, dan cara patuh pada perintahnya apa saja perintahnya menjauhi larangannya apa saja larangan-nya,

Ketiga, Islam dan Ihsan, yaitu pada tahapan ini seseorang dituntut untuk menjalankan dan melaksanakan segala perintahNya (baik pada tingkatan wajib maupun sunnat) serta menjauhi segala laranganNya (baik pada tingkatan haram maupun makruh),

Dan yang keempat, asrarul ahkam (hikmah dan rahasia pensyariatan hukum).
Tahapan ini tidak wajib diketuhui dan dijalankan oleh semua orang, namun kalau diketahui, bisa memantapkan seseorang dalam beragama. Tahapan ini sering diistilahkan dengan falsafah tasyri’, yaitu tahapan yang oleh seseorang mendalami hukum syariat sampai kepada makna-maknanya, tidak hanya sekedar di Imani, dan dijalankan tetapi juga mampu mengungkapkan rahasia-rahasianya. Tahapan ini juga dikenal dengan tahapan hikmah, dimana kalau mampu memahaminya, seseorang akan mendapatkan kebaikan yang tak terhingga. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an:
 وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا 
" Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak".

   Puasa adalah salah satu ibadah yang oleh Alqur’an menyebutnya tidak hanya disyariatkan bagi umat Muhammad, namun juga merupakan syariat ummat-ummat sebelum Nabi Muhammad. Misalnya Nabi Adam pernah berpuasa setiap hari jumat, dalam riwayat yang lain pernah juga berpuasa pada setiap 10 muharram, karena pada hari tersebut ia bertemu dengan siti hawwa,bahkan ada juga riwayat yang mengatakan nabi Adam berpuasa 40 hari dan 40 malam dalam setiap tahun. 

Dalam riwayat yang lain, sewaktu diturunkan dari surga ke muka bumi, Nabi Adam terbakar kulitnya oleh matahari, sehingga tubuhnya menghitam. Kemudian, ia berpuasa pada hari ketiga, yakni tanggal lima belas. Kemudian, ia didatangi oleh malaikat Jibril dan ditanya, “Wahai Adam, maukah tubuhmu kembali memutih?” Nabi Adam menjawab, “Tentu saja.” Malaikat Jibril melanjutkan, “Berpuasalah engkau pada tanggal 13, 14, dan 15.” Ia pun berpuasa. Pada hari pertama, memutihlah sepertiga tubuhnya. Pada hari kedua, memutihlah dua pertiga tubuhnya. Pada hari ketiga, memutihlah seluruh tubuhnya. Maka kemudian puasa ini disebut dengan puasa “ayyamul bidl” atau “hari-hari putih”. 
Juga puasanya Nabi Nuh selama beliu berada di atas perahu. Juga puasa nabi Ya’qub, ia sering berpuasa hanya untuk mendoakan keselamatan putra-putranya. Juga puasa nabi Yusuf baik ketika berada dalam sumur, ketika di penjara bahkan ia berpuasa ketika dilantik menjadi menteri perekonomian Mesir. Juga puasa Nabi Yunus ketika ia berada dalam perut ikan, dan juga puasa Nabi Daud yang satu hari berpuasa dan satu hari berbuka. 
 Arti Pentingnya (hikmah) puasa Ketika menjalani puasa, kita menegakkan 4 nilai (hikmah) sekaligus, 
Pertama, menegakkan nilai-nilai normative, yaitu melaksanakan perintah Allah terhadap puasa, sebagaimana firman Allah “Kutiba ‘alaikumussiyam” 

kedua, nilai purivikatif, yaitu melakukan pembersihan diri dari kekotoran jiwa dan jeratan hawa nafsu, sehingga kita dapat dengan mudah menjalankan perintah Allah dan mendapatkan titel ketaqwaan, sebagaimana firman Allah “laallakum Tattaqun”. 

ketiga, nilai preventif, yaitu puasa diibaratkan sebagai benteng diri dari kemaksiatan dan kelalaian, sebagaimana sabda nabi” Assiyamu Junnaton”, misalnya puasanya orang yang tidak punya kesanggupan dalam menikah, 

keempat, nilai preservatif, yaitu memelihara kesehatan jiwa dan raga. Sebagaimana sabda Nabi “shumu tashihhu”.
 
   Pelajaran dari puasa ;
 1. Pelajaran kepatuhan yaitu mengajiri kita tentang model hidup manusia di dunia adalah patuh terhadap segala perintah Allah.
 2. Pelajaran tentang riyadhah, yaitu pelatihan dalam satu bulan puasa untuk menjadikan indicator cara berkehidupan terhadap menjalani sebelas bulan yang lain.
 3. Pelajaran berkorban, yaitu mengorbankan keinginan kita sesuai hawa nafsu demi mematuhi keinginan Allah. 
 4. Pelajaran menyucikan diri, yaitu menjaga diri kita dari kekotoran batin dan mensucikan diri selamasebulan. 
 5. Pelajaran berjihad, yaitu berperang mengalahkan diri kita sendiri dari keinginan hawa nafsu.
 6. Pelajaran ikhlas, yaitu puasa sejatinya ibadah yang tidak nampak sama orang lain, sehingga ibadah puasa itu benar-benar di persembahkan kepada Allah.
7. Pelajaran kelemahan diri, yaitu puasa mengajarkan kepada kita betapa lemahnya tubuh kita dan serba keterbatasan diri manusia. Dengan menahan makan dan minum dari pagi hingga sore hari.

 Semoga puasa yang kita jalani ini,mampu mengaplikasikan dan meresapi ketujuh pelajaran diatas, sehingga puasa yang kita jalani ini mendapatkan hikmah (kebaikan) yang tak terhingga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AL-MA'ARIF